Hukum bertabarruk dan ngalap berkah

MASIH ADAKAH BAROKAH.?
BAGAIMANA HUKUMNYA TABARRUK.?
Biar tidak saling nenuduh seorang yg mencium tangan guru dan orang tuanya.
Silahkan di resapi...

Diantara amaliyah (kebiasaan) yang berlaku dalam kalangan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah khususnya warga Nahdliyyin yang sering dituduh sebagai perbuatan “Bid’ah Sesat” bahkan “Syirik” adalah TABARRUK yang dalam kalangan santri biasa dikenal dengan istilah ngambil Barokah .
Tulisan kami kali ini tiada lain hanyalah sebagai upaya “Tabaayun” klarifikasi bahwa apa yang kami yakini juga memiliki dasar hukum yang sah,
yang selanjutnya semoga dapat menghilangkan atau setidaknya mengurangi kesalah fahaman oleh sebagian kalangan demi terciptanya ukhuwah yang kita citakan bersama.
TABARRUK/NGALAP BERKAH adalah istilah yang digunakan oleh sebagian besar ummat islam guna menyebut perbuatan yang bertujuan mencari/mengharap “Barokah bertambahnya kebajikan”
dari Allah swt melalui obyek-obyek yang diyakini sebagai obyek yang dikehendaki oleh Allah untuk beroleh keberkahan dari-Nya. Adapun obyek/perkara yang dijadikan sebagai sarana mencari berkah dari Allah kadang berupa Para Nabi dan orang-orang sholih atau berupa Benda peninggalan para Nabi atau orang-orang sholih, dan terkadang berupa tempat yang pernah dipergunakan oleh para
Nabi atau orang-orang sholih dalam beribadah
kepada Allah swt,.
Sehingga dapat dikatakan Tabarruk
adalah bentuk lain dari Tawassul.
Sebelum kami kemukakan dalil-dalil yang menjadi dasar/sandaran ummat Islam dalam ber-Tabarruk, perlu kiranya kami tegaskan disini tentang keyakinan kami ketika ber-Tabarruk :

(Pertama) : Bertabarruk dengan perantara orang-orang sholih, karena kami meyakini keutamaan dan kedekatan mereka kepada Allah dengan tetap meyakini ketidak mampuan mereka memberi kebaikan atau menolak keburukan kecuali atas izin Allah swt.
Praktek yang umum dalam Tabarruk dengan orang-orang sholih adalah Tabarruk dengan do’a-do’a mereka atau dengan mencium tangan mereka,
menghabiskan sisa makanan atau minuman
mereka dll.
Adapun diantara dalil/hujjah yang menjadi
landasan praktek Tabarruk dengan cara diatas
adalah :
Sabda Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam:
عن ابن عباس قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : البركة مع أكابركم
Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Rosululloh shollalloho ‘alaihi wasallam bersabda : “Barokah itu bersama orang-orang bersar diantara kalian.”
(HR. Al Hakim dan Ibnu Hibban)
Al Hakim berkata : “Hadits ini shohih menurut syarat Al Bukhori, namun beliau tidak meriwayatkannya”.
Adz Dzahabi menyetujuinya.
Sedang yang dijadikan contoh dalam Bertabarruk dengan orang-orang sholih diantaranya adalah :

1. Usaid Ibn Hudloir mencium pinggang
Rosululloh :
Imam Al Hakim meriwayatkan sebuah hadits
dengan sanad yang shohih bersambung sampai kepada Abi Laila, ia menuturkan sebuah kisah sbb :
كان أسيد بن حضير رجلا صالحا ضاحكا مليحا، فبينما هو عند رسول الله صلى الله عليه وسلم يحدث القوم ويضحكهم فطعن رسول الله صلى الله عليه وسلم في خاصرته، فقال: أوجعتني قال: «اقتص قال» يا رسول الله إن عليك قميصا، ولم يكن علي قميص، قال: فرفع رسول الله صلى الله عليه وسلم قميصه، فاحتضنه، ثم جعل يقبل كشحه، فقال: بأبي أنت وأمي يا رسول الله أردت هذا هذا
المستدرك على صحيحين للحاكم
Suatu ketika Usaid bin Hudloir (seorang sahabat yang sholih dan humoris), bersama Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam dan para sahabat.
Usaid menuturkan cerita yang membuat para sahabat tertawa hingga Rosululloh memukul
pinggangnya. Usaid pun mengadu :
“Engkau telah membuatku merasa sakit,” kata Usaid.
“Silahkan membalas,” jawab Nabi.
“Wahai Rosululloh, engkau mengenakan gamis
sedang saya tidak,” ujar Usaid.
Abi Laila berkata : “kemudian Rosululloh
shollallohu ‘alaihi wasallam melepas gamisnya dan Usaid merangkul beliau dan menciumi pinggang beliau.”
“Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu, wahai
Rosululloh, saya menginginkan ini ini,” kata Usaid.
(HR. Al Hakim, dan beliau berkata : Hadits ini sanadnya shohih sedang Imam Bukhori-Muslim tidak meriwayatkannya.
Adz Dzahabi menyetujuinya dan beliu berkata : Hadits ini Shohih.

2. Para Sahabat Berebut Dahak dan Bekas Wudhu Rosululloh :
Adalah ‘Urwah ketika beliau menceritakan hasil pengamatannya terhadap para sahabat Rosululloh :
قال: فوالله ما تنخم رسول الله صلى الله عليه وسلم نخامة إلا وقعت في كف رجل منهم، فدلك بها وجهه وجلده، وإذا أمرهم ابتدروا أمره، وإذا توضأ كادوا يقتتلون على وضوئه،
رواه البخاري و احمد و الطبراني وبيهقي و ابن حبان.
Demi Alloh,” kata ‘Urwah, “Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam tidak mengeluarkan dahak kecuali dahak itu jatuh pada telapak tangan salah satu sahabat yang kemudian ia gosokkan pada wajah dan kulitnya.
Jika beliau memberikan perintah
maka mereka segera mematuhi perintahnya. Jika beliau berwudlu maka nyaris mereka berkelahi untuk mendapat air sisa wudlu’nya.” (HR. Al Bukhori).
Dalam kaitan hadits diatas, Al Imam Al Hafidzh Ibn Hajar berkata :
وفيه طاهرة النخامة والشعر المنفصل و التبرك بفضلات الصالحين الطاهرة
“Dalam hadits tersebut terdapat (dalil) sucinya
dahak dan Rambut yang terpisah, dan (dalil)
Tabarruk dengan sisa perkara yang suci dari orang-orang sholih”
(Fathul Bari, vol. 5, hlm. 341)
Perlu di ketahui, bahwa dahak nabi saw harum :) .

3. Mencium Tangan Orang Lain Yang Pernah
Berjabat Dengan Rosululloh :
Yahya ibnu Al Harits Adz Dzimari berkata:
يحيى بن الحارث الذماري قال: لقيت واثلة بن الأسقع، فقلت: بايعت بيدك هذه رسول الله صلى الله عليه وسلم، فقال: «نعم» ، فقلت: أعطني يدك أقبلها فأعطانيها فقبلتها
معجم الكبير لطبراني.
Saya pernah berjumpa dengan Watsilah ibnu Al Asqo’ –rodhiyallohu ‘anhu-.
“Apakah engkau berbai’at kepada Rosululloh
shollallohu ‘alaihi wasallam dengan tanganmu ini?” tanyaku.
“Benar” jawab Watsilah.
“Julurkan tanganmu, aku akan menciumnya !”
kataku. Ia kemudian menjulurkan tangannya dan aku mencium tangan tersebut.
(HR. At Thobaroni)

(Kedua) : Tabarruk Dengan Benda Peninggalan
Orang-Orang Sholih,
Adapun Tabarruk dengan benda-benda peninggalan orang-orang sholih seperti cincin, baju, sajadah atau yang lain maka karena kami meyakini peninggalan tersebut dinisbatkan kepada orang-orang sholih, di mana kemuliaan peninggalan itu berkat mereka, dihormati, diagungkan dan dicintai karena mereka, dan bukan karena bendanya.
Adapun diantara dalil/hujjah yang menjadi
landasan praktek Tabarruk dengan cara tersebut adalah :
1. Firman Allah swt :
,(وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ آيَةَ مُلْكِهِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ التَّابُوتُ فِيهِ سَكِينَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَبَقِيَّةٌ مِمَّا تَرَكَ آلُ مُوسَىٰ وَآلُ هَارُونَ تَحْمِلُهُ الْمَلَائِكَةُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ)
[Surat Al-Baqara : 248]
Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka;
Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja ialah kembalinya Tabut (peti) kepadamu, didalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun,’
tabut itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman.”
(QS, Al Baqoroh : 248)
Bertabarruk bisa dilakukan dengan
benda mati yang pernah dipakai atau disentuh
orang saleh sebagaimana kisah Bani Israil, mereka selalu menang dalam peperangan berkat tabut di tangan mereka.
Hal ini dijelaskan Ibnu Katsir
dalam kitabnya al-Bidayah wan-Nihayah juz 2 hal 6 :
قال ابن جرير: وكانوا إذا قاتلوا أحدا من الأعداء يكون معهم تابوت الميثاق الذي كان في قبة الزمان كما تقدم ذكره فكانوا ينصرون ببركته وبما جعل الله فيه من السكينة والبقية مما ترك آل موسى و أل هارون
Berkata Imam Ibnu Jarir: "Bani israil jika
berperang dengan para musuhnya selalu
membawa tabut yang ada di qubah zaman,
mereka selalu mendapat pertolongan dan
kemenangan dengan berkat Tabut itu dan dengan apa yang Allah jadikan di dalamnya berupa ketentraman dan warisan yang ditinggalkan oleh keluarga Musa as dan keluarga Harun as"
Tabut tersebut berisi gambar-gambar para Nabi dan benda-benda peninggalan
mereka, diantaranya tongkat Nabi Musa as,
sebagaimana disebutkan oleh Imam al-Baghawi dalam tafsirnya :
{وبقية مما ترك آل موسى وآل هارون} يعني موسى وهارون أنفسهما كان فيه لوحان من التوراة ورضاض الألواح التي تكسرت وكان فيه عصا موسى ونعلاه وعمامة هارون وعصاه وقفيز من المن الذي كان ينزل على بني إسرائيل، فكان التابوت عند بني إسرائيل وكانوا إذا اختلفوا في شيء تكلم وحكم بينهم وإذا حضروا القتال قدموه بين أيديهم فيستفتحون به على عدوهم.
تفسير البغوي
"dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan
keluarga Harun." Isinya dua papan Taurat,
pecahan papan, tongkat dan sandal NabinMusa, imamah dan tongkat Nabi Harun, serta ranjang yang diturunkan kepada Bani israil."
Selain itu, jika di Bani Israil ada permasalahan, maka tabut itu -dengan kehendak Allah- berbicara dan menjadi hakim diantara mereka. Jika berperang mereka letakkan tabut di depan mereka dan mereka pun mendapatkan kemenangan atas musuh mereka"
(Lihat Tafsir al-Baghawi juz 1 hal. 66)

2. Tabarruk Dengan Sumur Bekas Unta Nabi Sholih–alaihis salaam- :
أن عبد الله بن عمر، أخبره، أن الناس نزلوا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم على الحجر - أرض ثمود - فاستقوا من آبارها، وعجنوا به العجين «فأمرهم رسول الله صلى الله عليه وسلم أن يهريقوا ما استقوا، ويعلفوا الإبل العجين، وأمرهم أن يستقوا من البئر التي كانت تردها الناقة»
رواه البخاري و مسلم
Sesungguhnya abdullah ibn umar mengabarkan,Bahwasannya para sahabat bersama Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam pernah singgah di Al Hijr (tempat yang pernah dihuni kaum Tsamud, yakni kaum Nabi Sholih alaihis salaam).
Para sahabat mengambil air dari sumur-sumur
kaum Tsamud dan membuat adonan roti dengan air sumur tersebut.
Kemudian Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam menyuruh mereka untuk menumpahkan air yang mereka ambil dan
memberikan adonan roti kepada unta, dan
Rosululloh menyuruh mereka mengambil air dari sumur yang pernah didatangi unta Nabi Sholih.
(HR Muslim).
Imam An Nawawi ketika menjelaskan hadits di
atas, beliau berkata :
ومنها مجانبة آبار الظالمين و التبرك بآبار الصالحين
diantara faedah yang terkandung dalam hadits ini adalah ; hendaknya menjauhi sumur peninggalan orang-orang dholim serta (dianjurkan) bertabarruk (ngalap barokah) dengan sumur orang-orang sholih.
(Syarah Muslim, vol. 18 hal. 112).

3. Tabarruk Dengan Bekas Jubah Nabi Untuk
Pengobatan :
Abdulloh -pembantu Asma’ binti Abu Bakar-
disuruh menghadap Abdulloh Ibn Umar untuk
menanyakan tiga hal; yakni tentang puasa bulan Rojab, tentang pelana dari bahan kayu Urjuwan dan tentang pakaian dari sutera. Sekembali dari mengahadap Abdulloh ibnu Umar, sang pembantu Asma’ tersebut menghadap kepada Asma’ binti Abu Bakar dan mengkhabarkan jawaban dari Abdulloh Ibnu Umar.
فقالت: هذه جبة رسول الله صلى الله عليه وسلم، فأخرجت إلي جبة طيالسة كسروانية لها لبنة ديباج، وفرجيها مكفوفين بالديباج، فقالت: هذه كانت عند عائشة حتى قبضت، فلما قبضت قبضتها، وكان النبي صلى الله عليه وسلم يلبسها، فنحن نغسلها للمرضى يستشفى بها.
صحيح مسلم و مسند احمد و سنن الكبرى للبيهقي.
(Kemudian Asma’ mengeluarkan jubah hijau Persia yang bertambalkan sutera dan kedua celahnya dijahit dengan sutera juga)
Kemudian Asma’ berkata : “Ini adalah jubah
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, jubah
tersebut disimpan oleh ‘Aisyah. Saat ia wafat jubah ini aku ambil. Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam pernah mengenakan jubah ini dan saya membasuhnya untuk orang-orang sakit dalam rangka memohon kesembuhan dengannya.”
(HR. Muslim)
Dalam hadits diatas kita dapati adanya keterangan
bahwa Asma’ binti Abu Bakar menggunakan air bekas cucian (basuhan) jubbah Nabi untuk orang-orang sakit yang mencari kesembuhan dengannya.

4. Tabarruk Dengan Rambut Nabi Untuk Mencari Kesembuhan, kemenangan, dll :
Adalah Utsman Ibn Abdillah Ibn Mauhab bercerita :
عن عثمان بن عبد الله بن موهب، قال: أرسلني أهلي إلى أم سلمة زوج النبي صلى الله عليه وسلم بقدح من ماء - وقبض إسرائيل ثلاث أصابع من قصة - §فيه شعر من شعر النبي صلى الله عليه وسلم، وكان إذا أصاب الإنسان عين أو شيء بعث إليها مخضبه، فاطلعت في الجلجل، فرأيت شعرات حمرا.
صحيح البخاري
“Aku pernah diutus keluargaku untuk menemui
Ummu Salamah –istri Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam- dengan membawa wadah berisi air.
Lalu Ummu Salamah datang dengan membawa sebuah genta dari perak yang berisi rambut Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam.
Jika seseorang terkena penyakit ‘ain atau sesuatu hal maka ia datang kepada Ummu Salamah membawakan bejana untuk mencuci pakaian.
“Saya amati genta itu dan ternyata saya melihat ada beberapa helai rambut berwarna merah,” kata ‘Utsman. (HR. Al Bukhori)
Al Hafidh Ibnu Hajar, ketika menjelaskan hadits diatas beliau berkata :
والمراد أنه كان من اشتكى أرسل إناء إلى أم سلمة فتجعل فيه تلك الشعرات وتغسلها فيه وتعيده فيشربه صاحب الإناء أو يغتسل به استشفاء بها فتحصل له بركتها
Maksud hadits adalah : Bahwasannya jika
seseorang mengeluh (karena penyakit) maka ia mengirim wadah kepada Ummu Salamah,
kemudian Ummu Salamah meletakkan rambut-rambut Nabi dan membasuhnya di dalam wadah tersebut, kemudian wadah tersebut dikembalikan kepada pemiliknya. Selanjutnya sang pemilik wadah tersebut meminum atau membasuh badannya dengan air (bekas basuhan rambut Nabi)
dengan tujuan mengharap kesembuhan, maka ia mendapat barokah dari rambut tersebut.
(Fathul Bari, vol. 10 hlm. 353)

- Kisah Kholid Ibn Walid dan Rambut Nabi Dalam Perang Yarmuk :
Ja’far ibn Abdillah ibn Al Hakam bercerita :
جعفر، عن أبيه، أن خالد بن الوليد فقد قلنسوة له يوم اليرموك، فقال: اطلبوها فلم يجدوها، فقال: اطلبوها، فوجدوها فإذا هي قلنسوة خلقة، فقال خالد: «اعتمر رسول الله صلى الله عليه وسلم فحلق رأسه، فابتدر الناس جوانب شعره، فسبقتهم إلى ناصيته فجعلتها في هذه القلنسوة، فلم أشهد قتالا وهي معي إلا رزقت النصر»
رواه الطبراني و الحاكم في معجم الكبير و مستدرك على الصحيحين
Bahwa Kholid ibnu Al Walid kehilangan peci/kopyah miliknya saat perang Yarmuk.
“Carilah peciku,” perintah Kholid kepada pasukannya.
Mereka mencari peci tersebut namun gagal
menemukannya. “Carilah peci itu,” kata Kholid lagi.
Akhirnya peci itu berhasil ditemukan,
Ternyata peci itu peci yang sudah lusuh bukan peci baru.
Dan ketika peci tersebut ditemukan, Kholid
berkata : “Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam melaksanakan umroh lalu beliau mencukur rambut kepalanya, kemudian orang-orang segera menghampiri bagian-bagian rambut beliau.
Lalu saya berhasil merebut rambut bagian ubun-ubun yang kemudian saya taruh di peci ini.
Saya tidak ikut bertempur dengan mengenakan peci ini kecuali saya diberi kemenangan.”
(HR. At Thobaroni dalam Al Kabir).

- Imam Ahmad Ber-Tabarruk Dengan Rambut Nabi Untuk Kesembuhan :
Al Hafizh Adz Dzahabi menuturkan kebiasaan
Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitabnya sebagai berikut :
قال عبد الله بن احمد : رأيت أبي يأخذ شعرة من شعر النبي صلى الله عليه وسلم,فيضعها فيه وأحسب أني رأيته يضع عينه,ويغمسها في الماء ويشربه يستشفي به.
Abdullah putra Imam Ahmad bercerita : “Saya
melihat ayah mengambil sehelai rambut dari
rambut Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, lalu
beliau meletakkan pada mulutnya seraya menciumi rambut tersebut.
Saya rasa saya pernah melihat ayah meletakkan rambut itu pada matanya,
mencelupkan rambut tersebut ke dalam air dan meminumnya serta memohon kesembuhan dengannya.”
(Siyaru A’lamin Nubalaa’ vol. XI hlm. 212).

- Tabarruk para sahabat dengan bekas-bekas
Rasulullah saw.
Sahabat Anas ra. menceritakan bagaimana para sahabat bertbarruk dengan rambut Rasulullah saw:
حدثنا محمد بن رافع، حدثنا أبو النضر، حدثنا سليمان، عن ثابت، عن أنس، قال: لقد رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم والحلاق يحلقه، وأطاف به أصحابه، فما يريدون أن تقع شعرة إلا في يد رجل» رواه مسلم و احمد
"Aku melihat tukang cukur sedang mencukur
Rasulullah saw dan para sahabat mengitarinya. Tidaklah mereka kehendaki satu helai pun dari rambut beliau terjatuh kecuali telah berada di tangan seseorang."
(H.R Muslim, Ahmad dan Baihaqi)

5. Tabarruk Dengan Keringat Nabi shollallohu
‘alaihi wasallam :
عن أنس بن مالك، قال: دخل علينا النبي صلى الله عليه وسلم فقال عندنا، فعرق، وجاءت أمي بقارورة، فجعلت تسلت العرق فيها، فاستيقظ النبي صلى الله عليه وسلم فقال: «يا أم سليم ما هذا الذي تصنعين؟» قالت: هذا عرقك نجعله في طيبنا، وهو من أطيب الطيب.
رواه مسلم و احمد و الطبراني
Dari Anas bin Malik, ia berkata : “Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam masuk menemui kami lalu beliau tidur siang dan berkeringat. Kemudiaan ibuku datang membawa botol lalu memasukkan keringat Nabi ke dalam botol tersebut.
Nabi -shollallohu ‘alaihi wasallam-pun akhirnya terbangun dan bertanya,
“Wahai Ummu Sulaim !, apa yang kamu lakukan ?”
“Ini adalah keringatmu yang aku campurkan pada wewangianku. Keringat ini adalah wewangian paling harum,”
jawab Ummu Sulaim. (HR. Muslim)
Dalam riwayat Ishaq Ibn Abi Tholhah, Ummu
Sulaim menjawab :
قالت نرجو بركته لصبياننا فقال أصبت
“Kami berharap keberkahannya untuk anak-anak kami,” maka Rosululloh bersabda : “Engkau benar“.

(Ketiga) : Tabarruk dengan Tempat peninggalan
orang-orang sholih, waktu-waktu barokah.
Adapun tabarruk dengan tempat seperti “Pesujudan Sunan Bonang, tempat ibadah bujuk kesambi batu ampar, tempat-tempat orang soleh, Makam Orang-Orang Sholih” dan yang lainnya, maka substansi tempat sama sekali tidak memiliki keutamaan, dilihat dari statusnya sebagai tempat.
Tempat memiliki keutamaan karena kebaikan dan ketaatan yang berada dan terjadi di dalamnya seperti sholat, puasa dan semua bentuk ibadah yang dilakukan oleh para hamba Allah yang sholeh.
Sebab karena ibadah mereka rahmat turun pada tempat, malaikat hadir dan kedamaian meliputinya.
Inilah keberkahan yang dicari dari Alloh di tempat-tempat yang dijadikan tujuan tabarruk.
Keberkahan ini dicari dengan berada di tempat-tempat tersebut untuk bertawajjuh kepada Allah, berdoa, beristighfar dan mengingat peristiwa yang terjadi di tempat-tempat tersebut dari kejadian-kejadian besar dan peristiwa-peristiwa mulia yang menggerakkan jiwa dan membangkitkan harapan dan semangat untuk meniru pelaku peristiwa itu yang notabene mereka adalah orang-orang yang berhasil dan sholeh.
Adapun diantara dalil/hujjah yang menjadi
landasan praktek tabarruk dengan cara tersebut adalah :
1. Sholat Ditempat Yang Pernah Digunakan Nabi Sholat,
Imam Al Bukhori meriwayatkan hadits dengan
sanad bersambung sampai kepada Musa bin
‘Uqbah, ia berkata :
موسى بن عقبة، قال: رأيت سالم بن عبد الله يتحرى أماكن من الطريق فيصلي فيها، ويحدث أن أباه كان يصلي فيها «وأنه رأى النبي صلى الله عليه وسلم يصلي في تلك الأمكنة». وحدثني نافع، عن ابن عمر أنه كان يصلي في تلك الأمكنة،
Aku pernah melihat Salim bin Abdillah, ia sedang mencari tempat-tempat di tepi jalan, kemudian dia sholat di tempat-tempat tersebut. Salim menceritakan ; bahwa ayahnya (Abdulloh Ibn Umar) pernah sholat di tempat-tempat tersebut, dan beliau pernah melihat Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam sholat di tempat-tempat tersebut.
(HR. Al Bukhori)
Ketika menjelaskan hadits diatas, Al Hafidh Ibnu Hajar menyampaikan hadits lain dengan tema yang sama, kemudian beliau berkata :
فهو حجة في التبرك بآثار الصالحين
Maka hal tersebut menjadi hujjah (dalil) Tabarruk dengan peninggalan orang-orang sholih.
(Fathul Bari, vol. 1 hlm. 569)

2. Sholat Di Masjid ‘Asysyar
Imam Abu Dawud meriwayatkan hadits dengan sanad sampai kepada Sholih bin Dirham, ia bercerita :
انطلقنا حاجين، فإذا رجل، فقال لنا: إلى جنبكم قرية يقال لها: الأبلة؟ قلنا: نعم، قال: من يضمن لي منكم أن يصلي لي في مسجد العشار ركعتين، أو أربعا، ويقول هذه لأبي هريرة: سمعت خليلي رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: «إن الله يبعث من مسجد العشار يوم القيامة شهداء، لا يقوم مع شهداء بدر غيرهم» ْ
“Kami pergi melaksanakan haji. Kebetulan kami bertemu seorang lelaki yang berkata kepadaku, “Di dekat kalian ada desa yang disebut Ubullah.”
“Betul,” jawab kami.
“Siapakah di antara kalian yang bisa memberi
jaminan kepadaku agar aku bisa disholatkan di masjid ‘Asysyar dua atau empat roka’at ,”
lanjutnya.
Sholih ibnu Dirham berkata : “Ini untuk Abu
Huroiroh : Saya mendengar orang yang saya cintai, yakni Abul Qosim shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya Allah SWT membangkitkan dari masjid ‘Asysyar pada hari kiamat para syuhada’ yang tidak berdiri bersama para syuhada’ Badar kecuali mereka,”. (HR Abu Dawud)
As Syaikh Abuth Thoyyib penyusun kitab ‘Aunul Ma’bud syarah Sunan Abi Dawud mengatakan : bahwa masjid ‘Asysyar adalah masjid terkenal yang dimintakan berkah dengan sholat di dalamnya.
(Aunul Ma’bud vol. XI hlm. 284)

3. Imam As Syafi’iy Ber-Tabarruk Dengan Kuburan Imam Abi Hanifah
Al ‘Allamah As Syaikh Khothib Al Baghdadi
menuturkan kisah dengan sanad para perowi yang tsiqqoh (terpercaya) :
عن علي بن ميمون قال سمعت الشافعي يقول إني لأتبرك بأبي حنيفة وأجيء إلى قبره في كل يوم يعني زائرا فإذا عرضت لي حاجة صليت ركعتين وجئت إلى قبره. وسألت الله تعالى الحاجة عنده فما تبعد عني حتى تقضى.
Dari Ali bin Maimun, ia berkata : Aku mendengar Imam As Syafi’i berkata : “Sesungguhnya saya senantiasa bertabarruk dengan Abu Hanifah. Aku senantiasa mendatangi makamnya setiap hari untuk berziyarah. Apabila aku mempunyai hajat,
aku sholat dua rokaat, lalu aku datangi makamnya, selanjutnya aku meminta kepada Alloh tentang hajatku disisi kuburnya, tidak lama kemudian hajatku terkabul.”
(Tarikh Baghdad, vol. 1 hal. 123)

4. Tabarruk Rasulullah saw dengan tempat mulia
Salah satu bentuk ngalap berkah adalah tabaruk dengan tempat-tempat yang mulia yang diberkahi,
sebagaimana firman Allah swt berikut :
(إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ)
"Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat)
manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia."
(Q.S. ali Imron : 96).
Dalam hadits panjang tentang perjalanan Isra',
Malaikat Jibril  mengajak Rasulullah saw singgah di beberapa tempat untuk ber tabarruk dengan mengerjakan shalat dua rakaat seperti di Bait Lahm tempat kelahiran Nabi Isa as, di bukit Thurisina, tempat Nabi Musa as ber-bicara dengan Allah saw, dan lainnya.
Seperti apa yang dikisahkan sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra berikut :
حدثنا أنس بن مالك، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: أتيت بدابة فوق الحمار ودون البغل خطوها عند منتهى طرفها، فركبت ومعي جبريل عليه السلام فسرت فقال: انزل فصل ففعلت. فقال: أتدري أين صليت؟ صليت بطيبة وإليها المهاجر، ثم قال: انزل فصل فصليت، فقال: أتدري أين صليت؟ صليت بطور سيناء حيث كلم الله عز وجل موسى عليه السلام، ثم قال: انزل فصل فنزلت فصليت. فقال: أتدري أين صليت؟ صليت ببيت لحم حيث ولد عيسى عليه السلام. ثم دخلت بيت المقدس فجمع لي الأنبياء عليهم السلام , فقدمني جبريل حتى أممتهم.رواه النسائي و الطبراني
“Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Didatangkan kepadaku kendaraan Buraq,’ lebih besar dari keledai, dan lebih kecil dari baghal (peranakan kuda dan keledai), langkahnya sejauh pandangannya.
Lalu aku menaikinya dan berangkat bersama Jibril a.s.
Tiba-tiba Jibril berkata kepadaku, "Turunlah dan shalatlah." Aku pun mengerjakannya. Kemudian Jibril berkata
"Tahukah engkau di mana engkau shalat, engkau tadi shalat di Tayyibah (Madinah) yang akan menjadi tujuanmu hijrah.
Kemudian Jibril berkata:
"Turunlah dan shalatlah!", aku pun mengerjakannya, lalu dia berkata: "Tahukah
engkau di mana shalatmu tadi, engkau shalat ada di Thurisina tempat Allah ber-mukalamah dengan Musa a.s"
Lalu berangkat lagi dan Jibril berkata:
"Turunlah dan shalatlah!", maka aku pun
mengerjakannya, lalu dia bertanya: "Tahukah
engkau di mana engkau shalat, engkau shalat ada di Bait Lahm, tempat kelahiran Nabi Isa as, kemudian aku masuk ke Baitil Maqdis, di sana telah berkumpul para nabi, lalu Jibril memintaku untuk menjadi imam shalat mereka.” ( H.R. An- Nasa`i).

5. Bertabarruk dengan waktu contohnya:
Allah swt memberi kelebihan dan keberkahan pada waktu-waktu tertentu, seperti dalam firman Allah swt:
(إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ)
[Surat Ad-Dukhan : 3]
"Sesungguhnya Kami menurunkannya (al-Qur'an) pada suatu malam yang diberkahi (malam lailatul qadr) dan sesungguhnya
Kami-lah yang memberi peringatan."
(Q.S.Ad-Dukhan:3)
Dalam sebuah hadits Rasulullah r bersabda :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «إن ربكم في أيام دهركم نفحات فتعرضوا له، لعله أن يصيبكم نفحة منها فلا تشقون بعدها أبدا. رواه الطبراني
"Sesungguhnya Tuhan kalian di hari-hari kalian
memiliki anugerah-anugerah, maka carilah
augerah itu, mungkin kiranya salah satu diantara kalian mendapatkannya, maka tidak akan celaka selamanya.” (H.R Thabrani).

6. Tabarruk dengan sisa air wudhu' nabi saw,
Aun bin Abi juhaifah ra menceritakan dari ayahnya para sahabat yang bertabarruk dengan air sisa wudhu' Rasulullah saw :
حدثنا محمد بن عرعرة، قال: حدثني عمر بن أبي زائدة، عن عون بن أبي جحيفة، عن أبيه، قال: «أتيت النبي صلى الله عليه وسلم وهو في قبة حمراء من أدم، ورأيت بلالا أخذ وضوء النبي صلى الله عليه وسلم ، والناس يبتدرون الوضوء، فمن أصاب منه شيئا تمسح به، ومن لم يصب منه ، أخذ من بلل يد صاحبه»  رواه البخاري و مسلم م احمد
"Aku mendatangi Rasulullah sewaktu beliau ada di kubah hamra' dari Adam, aku juga melihat Bilal membawa air bekas wudhu' Rasulullah dan orang-orang berebut mendapatkannya.
Orang yang mendapatkannya air bekas wudhu' itu mengusapkannya ke tubuhnya, sedangkan yang tidak mendapatkannya, mengambil dari tangan temannya yang basah.”
(H,R Bukhari, Muslim, dan Ahmad)

7. Bertabarruk dengan mengecup tangan dan kaki nabi saw, hadist dari zari' ra:
عن زارع وكان في وفد عبد القيس قال: لما قدمنا المدينة فجعلنا نتبادر من رواحلنا، فنقبل يد النبي صلى الله عليه وسلم ورجله،
رواه أبو داود و الطبراني وبيهقي
Dari Zari' R. ketika beliau menjadi salah satu delegasi suku Abdil Qais, Beliau berkata,” Ketika Beliau berkata, Ketika sampai di Madinah, kami segera turun dari kendaraan kita, lalu kami mengecup tangan dan kaki Nabi SAW.” (HR.Ab. Dawud :4548).
Atas dasar hadist ini, para ulama mensunahkan mencium tangan Guru,Ulama, orang Soleh, serta orang-orang yang kita hormati.
Kata Imam al-Nawawi dalam salah satu kitab karangannya menjelaskan bahwa mencium tangan orang salih dan ulama yang utama itu disunnahkan,
Sedangkan mencium tangan selain itu hukumnya makruh.”
(Fatawi al-Imam al-Nawawi, hal 79).

Dari dalil-dalil diatas maka jelaslah bahw bertabaruk itu boleh dan bukanlah sesuatu yang syirik.
Dalam kitab yang sama Imam Nawawi t menulis setidaknya 11 kali anjuran untuk mencari berkah dari bekas orang-orang Saleh. Ini adalah dalil akurat bahwa tabarruk tidak terbatas pada masa hidup Rasulullah saw dan dianjurkannya bertabarruk dengan orang-orang saleh.
Hal ini juga dilalakukan Imam Syafii ra dengan bertabarruk pada gamis Imam Ahmad as, sebagaimana dalam kitab Tarikh Dimasyqi :
قال لي البيع: إن الشافعي خرج إلى مصر و أنا معه فقال لي يا ربيع خذ كتابي هذا, فامض به وسلمه إلى أبي عبد الله أحمد بن حنبل وائتني بالجواب. قال الربيع: فدخلت بغداد ومعي الكتاب,فلقيت أحمد بن حنبل صلاة الصبح,فصليت معه الفجر,فلما انفتل من المحراب سلمت آليه الكتاب,وقلت له: هذا كتاب أخيك الشافعي من مصر,فقال احمد : نظرت فيه,قلت لا,فكسر أبو عبد الله الختم وقرأ الكتاب,وتغرغرت عيناه بالدموع, فقلت إيش فيه يا أبا عبد الله,قال: يذكر أنه رأى النبي صلى الله عليه وسلم في النوم,فقال له: اكتب إلى أبي عبد الله أحمد بن حنبل واقرأ عليه مني السلام,وقل إنك ستمتحن وتدعى إلى خلق القرأن فلا تجبهم, فسيرفع الله لك علما إلى يوم القيامة.قال الربيع: فقلت: البشارة فخلع أحد قميصيه الذي يلي جلده ودفعه إلي, فأخذته وخرجت إلى مصر, وأخذت جواب الكتاب فسلمته إلى الشافعي,فقال لي الشافعي: يا ريع إيش الذي دفع إليك,قلت: القميص الذي يلي جلده,قال الشافعي: ليس نفجعك به,ولكن بله وادفع إل. الماء لأتبرك به.
Berkata Rabi': "Sesungguhnya Imam Syafi'i pergibke Mesir bersamaku, lalu berkata kepadaku:
"Wahai Rabi', ambil surat ini dan serahkan kepada Imam Ahmad bin Hanbal, selanjutnya datanglah kepadaku dengan membawa jawabannya!", Ketika memasuki kota Baghdad kutemui Imam Ahmad sedang shalat subuh, maka aku pun shalat di belakang beliau. Setelah beliau hendak beranjak dari mihrab, aku serahkan surat itu, "Ini surat dari saudaramu Imam Syafi'i di Mesir," kataku. "Kau telah membukanya?" tanya Imam Ahmad. "Tidak, wahai Imam" Beliau membuka dan membaca isi surat itu, sejenak kemudian kulihat beliau berlinang air mata.
"Apa isi surat itu wahai Imam?" tanyaku. "Isinya menceritakan bahwa Imam Syafi'i bermimpi Rasulullah SAW, Beliau berkata: "Tulislah surat kepada Ahmad bin Hanbal
dan sampaikan salamku kepadanya.
Kabarkan padanya bahwa dia akan mendapatkan cobaan, yaitu dipaksa mengakui bahwa al-Qur'an adalah makhluq, maka janganlah diikuti, Allah akan
meninggikan benderanya hingga hari kiamat,"
tutur Imam Ahmad "Ini suatu kabar gembira,"
kataku.
Lalu beliau menuliskan surat balasan
seraya memberikan padaku qamis yang melekat di kulitnya. Aku pun mengambil surat itu dan menyerahkannya kepada Imam Syafi'i. "Apa yang diberikan Imam Ahmad padamu?" tanya Imam Syafi’i.
"Gamis yang melekat dengan kulit beliau,"
jawabku.
"Kami tidak akan merisaukanmu, tapi basahi gamis ini dengan air, lalu berikan kepadaku air itu untuk bertabarruk dengannya," kata beliau.

Dari keterangan hadist-hadist di atas dapat kita simpulkan, bahwa tabarruk memiliki banyak ragam dan jauh dari makna kesyirikan bahkan sangat dianjurkan, sebagaimana yang dilakukan para sahabat di hadapan Nabi saw dengan tanpa ada pengingkaran dari Beliau, padahal Rasulullah saw tentu tidak akan membiarkan kesyirikan terjadi pada umat ini.
Dan semua ini tidaklah mengurangi keyakinan mereka bahwa sumber utama kesembuhan ataupun kemenangan tentulah adalah Allah swt.
Siapakah yang berani mengklaim memiliki iman yang lebih murni daripada para sahabat sepeninggal Rasulullah ?
Selanjutnya, jika ada yang berkata : Bahwa
Tabarruk hanya dapat dilakukan khusus dengan peninggalan Nabi, dan jika dilakukan dengan selain Nabi maka dapat menyebabkan “Syirik”.
Terhadap mereka yang berkata demikian perlu
anda pertanyakan : Adakah Allah swt tidak boleh disekutukan dengan selain Nabi dan boleh disekutukan dengan Nabi ?.
Atau bahkan beliau para sahabat-sahabat nabi ini, kalau hidup di zaman sekarang ini (yg ada golongan penuduh) mungkin juga bergelar TBC, ahli bid'ah, dan syirik?..
Hyasya wa-kalla...
Semoga bermanfaat dan memberi kesadaran tinggi. Amin
Demikian penjelasan tentang Tabarruk,
Allahu a'lam.

Doa Amalan Surah Seribu Ummat Yg Ampuh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hukum sebenarnya tentang isbal